Mesin dewatering lumpur menghilangkan air dari limbah, lumpur industri, atau biosolid untuk mengurangi volume, menurunkan biaya pembuangan, dan meningkatkan penanganan. Panduan ini menjelaskan jenis peralatan umum, prinsip pengoperasiannya, kriteria pemilihan, metrik kinerja, praktik pengoperasian & pemeliharaan, serta tip pengoptimalan sehingga Anda dapat memilih dan mengoperasikan sistem yang selaras dengan kebutuhan pabrik Anda.
Semua mesin dewatering menerapkan pemisahan mekanis, gravitasi, sentrifugal, atau tekanan untuk mengurangi kadar air lumpur. Prosesnya sering kali dimulai dengan pengentalan (untuk meningkatkan konsentrasi padatan) dan terkadang pengondisian kimia (flokulasi polimer) sebelum tahap pengeringan mekanis. Tujuannya adalah untuk mengubah lumpur seperti bubur menjadi kue yang stabil secara mekanis dengan air bebas dihilangkan.
Pers filter sabuk menggunakan drainase gravitasi dan tekanan antara dua sabuk berpori yang bergerak. Ini bersifat kontinyu, cocok untuk pembangkit listrik aliran menengah hingga besar, dan memiliki konsumsi energi sedang. Ia bekerja dengan baik dengan lumpur yang telah dikondisikan sebelumnya dan dihargai karena keluarannya yang stabil dan perawatan yang relatif sederhana.
Sentrifugal menggunakan kecepatan rotasi tinggi untuk menghasilkan gaya sentrifugal yang memisahkan zat padat dari zat cair. Sentrifugal decanter bersifat kontinyu dan kompak, menawarkan kinerja yang baik untuk lumpur dengan padatan kering lebih tinggi; sentrifugal disk digunakan untuk pemisahan yang lebih halus. Mesin sentrifugal sering kali memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi namun penggunaan energinya lebih kecil.
Saring tekanes are batch systems that pump sludge into a series of plates lined with filter cloth. They can achieve very high solids in the cake (low residual moisture) but require more operator attention and result in intermittent processing. Best when very dry cake is required and footprint is less of an issue.
Pengepres sekrup dilakukan secara kontinu dan menggunakan sekrup berbentuk kerucut di dalam tong berlubang. Bahan ini sederhana secara mekanis, hemat energi, dan kuat untuk lumpur berserat kasar (misalnya, beberapa lumpur industri atau pertanian). Mesin ini sering kali membutuhkan lebih sedikit polimer dibandingkan mesin press sabuk, namun menghasilkan kue yang sedikit lebih basah.
Filter vakum menarik filtrat melalui kain menggunakan vakum; bahan ini cocok bila ditemukan permeabilitas kue yang rendah. Bahan ini kurang umum digunakan untuk lumpur kota, namun bisa efektif untuk lumpur industri tertentu dan di mana pengendalian bau dan pengoperasian tertutup diprioritaskan.
Metrik utamanya mencakup konsentrasi padatan umpan (S_f), konsentrasi padatan kue (S_c), laju produksi kue (kg DS/jam), dosis polimer (kg polimer/kg DS), kejernihan filtrat (NTU atau padatan tersuspensi), keluaran (m³/jam), dan konsumsi energi spesifik (kWh/ton DS yang dihilangkan).
| Metrik | Definisi | Kisaran Khas |
| Umpan padat (S_f) | % padatan kering dalam lumpur | 1–6% |
| Padatan kue (S_c) | % padatan kering setelah dewatering | 15–40% (umum) |
| Dosis polimer | Bantuan kimia per padatan kering | 0,1–10 kg/ton DS |
Contoh penghitungan — produksi cake (kg DS/jam): Jika aliran lumpur = 10 m³/jam, bahan padat umpan = 3% (30 kg DS/m³), maka cake DS/jam = 10 × 30 = 300 kg DS/jam. Jika target padatan kue S_c = 25% maka massa kue = 300 / 0,25 = 1.200 kg kue/jam. Perhitungan ini memandu ukuran throughput mesin.
Pengkondisian polimer (flokulan kationik atau anionik) seringkali meningkatkan kinerja dewatering secara signifikan. Jenis dan dosis polimer yang tepat mengurangi biaya polimer dan meningkatkan kekeringan kue. Langkah-langkah utamanya meliputi uji jar untuk optimalisasi dosis, penyesuaian pH jika perlu, dan memastikan pencampuran merata dengan mixer statis atau mekanis sebelum unit dewatering.
Kemungkinan penyebabnya: dosis polimer tidak mencukupi atau jenis polimer salah, peralatan kelebihan beban, media filter rusak, atau umpan dengan partikel yang sangat halus. Pecahkan masalah dengan uji jar, periksa umpan polimer, dan periksa kain saring.
Laksanakan pembersihan kain secara teratur (pencucian balik, pencucian udara/air), evaluasi pra-pengentalan, dan pertimbangkan pemilihan polimer yang lebih halus untuk membentuk flok yang lebih kuat sehingga lebih mudah dikeringkan.
Bandingkan energi per ton DS yang dihilangkan di berbagai jenis peralatan. Optimalkan parameter operasional (kecepatan sekrup, tegangan sabuk, G-force centrifuge) dan evaluasi peralatan alternatif jika biaya energi merupakan faktor dominan.
Rute pembuangan (TPA, penggunaan lahan, pembakaran) menentukan kadar air kue yang dapat diterima dan batas kontaminan (logam berat, patogen). Dewatering saja mungkin tidak memenuhi standar patogen yang digunakan di lahan—stabilisasi tambahan (kapur, pengomposan, termal) atau pasteurisasi mungkin diperlukan. Pastikan kepatuhan terhadap izin lingkungan setempat mengenai pembuangan filtrat dan emisi udara (bau).
Memilih dan mengoperasikan a mesin dewatering lumpur memerlukan karakteristik lumpur yang sesuai, kekeringan kue yang diperlukan, keluaran, tapak, dan batasan biaya pengoperasian. Gunakan uji coba dan uji jar untuk memvalidasi pilihan polimer dan peralatan, memantau metrik kinerja, dan menerapkan pemeliharaan preventif. Jika dirancang dan dioperasikan dengan benar, sistem dewatering akan mengurangi biaya pembuangan, meningkatkan keselamatan penanganan, dan menurunkan dampak lingkungan dari pengelolaan lumpur.